Monday, October 31, 2005

SELAMAT IDUL FITRI 1426 H

Mohon maaf lahir dan batin. Selamat berbahagia bersama keluarga. Gusti Allah menyertai kita hari ini, besok dan selama-lamanya.

Friday, October 28, 2005

Manajemen Marah

Judul “Manajemen Marah” di atas memiliki dua arti. Pertama, “para penguasa yang mengelola organisasi sedang marah”. Arti kedua adalah “mengelola rasa marah”. Arti kedua inilah yang ingin saya bicarakan di sini. Saya tidak tertarik membicarakan arti pertama, karena, menurut saya, memang salah satu fungsi tak tertulis dari manajemen adalah marah. Manajemen yang tidak pernah marah kurang terasa ‘greget’nya bagi anak buah. Terlalu lembek. Bisa-bisa, para anak buah jadi ‘nglamak’, jadi kurang menghargai boss, bila boss-nya tak pernah marah. Beberapa tahun belakangan ini, terasa benar perlunya pengajaran Manajemen Marah pada seluruh lapisan masyarakat. Semakin hari semakin banyak orang yang gampang marah dan gampang menyalurkan amarahnya menjadi tindak kekerasan yang brutal, membabi-buta, yang membahayakan keselamatan orang lain. Makin banyak orang yang tidak dapat mengendalikan emosinya yang memuncak. Makin banyak orang yang tidak dapat menekan turun darah mereka yang telah naik memenuhi kepala. Penduduk beberapa desa marah dan merusak kantor kepala desa karena tidak mendapat Dana Bantuan Langsung Tunai atas kenaikan BBM. Pengikut aliran sesat marah dan membunuh polisi yang akan menangkap pemimpin mereka. Seorang bapak yang marah dan membunuh seorang gadis cilik anak tetangga, yang berisik dengan permainannya, di samping kamar tidur tempat sang bapak beristirahat siang. Seorang marinir, dosen akademi militer, yang marah lalu membunuh bekas istrinya dan hakim yang memutuskan bahwa ia harus berbagi harta gono-gini dengan bekas istri tersebut. Tindakan-tindakan konyol tersebut adalah akibat ketidak-mampuan para pelaku mengelola kemarahannya masing-masing. Lalu siapa yang bisa mengajar manajemen marah kepada masyarakat luas? Menurut saya, Manajemen Marah dapat diajarkan kepada seluruh anggota masyarakat oleh siapa saja yang bisa baca tulisan di blog ini. Cara yang efektif untuk mengajar adalah dengan prinsip-prinsip multi level marketing. Member get member. Orang yang bisa akses internet dan bisa baca blog ini, belajar manajemen marah, jadi sabar, lalu menularkan kesabarannya ke orang lain. Begitu seterusnya sesuai deret ukur. Kalau multiplikasi ini terjadi, jumlah orang sabar akan berlipat-ganda secara mengagumkan. Kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat jadi penuh hiasan senyum. Tak peduli panas hujan, bau keringat, dan ketidak-nyamanan lain yang terjadi. Semua orang mengedepankan kedamaian. Kerukunan yang nyaman dan menenteramkan hati siapa saja yang tinggal di negeri ini. Mari saling mengasihi. Mari saling menyayangi sesama. Mari belajar Manajemen Marah lebih dalam lagi supaya kita semua nggak ribut terus. Belajar dari pendeta bisa. Belajar dari A’a Gym bisa. Belajar dari biksu atau bikuni di klenteng juga bisa. Belajar dari Mahatma Gandhi atau Kong Fu Chu pun pasti bisa...

Thursday, October 20, 2005

Biang Keladi Sepinya Toko

Rasanya percuma saya telepan-telepon kesana-kemari menawarkan dagangan di toko ini. Please dicatat: Saya tidak mengeluh. Saya cuma meluapkan kekesalan di blog saja. Upaya saya menawarkan dagangan tak kunjung berbuntut transaksi. Saya melihatnya sebagai ujian atas ketekunan saya sih. Pada umumnya, jawaban yang saya terima menyatakan keputusan membeli baru bisa diambil setelah lebaran. Ada pula yang menyatakan keputusan membeli akan dikeluarkan setelah keadaan politik negara ini stabil pasca diadakannya reshuffle kabinet. Saya berusaha meyakinkan para calon pembeli sampai mulut saya berbusa. Berbagai approach saya kerahkan. Tingkat suku bunga yang stabil setelah ada kenaikan nol koma nol sekian persen dalam beberapa minggu lalu, cadangan devisa yang meningkat tajam, us dollar vs Rupiah yang sudah mapan di level 10.100an, sampai-sampai meniru jawaban politikus: pemerintahan presiden yang sekarang ini legitimasinya tinggi sekali. Presiden dipilih oleh lebih dari 60 % suara yang mewakili aspirasi seluruh rakyat dan lain sebagainya. Mereka, para calon pembeli, tak bergeming sedikitpun. Sedikit sekali jawaban yang rasional. Jawaban yang paling mengesalkan adalah keadaan negara ini tidak menentu. Keputusan membeli baru dikeluarkan kalau suasana aman-man. Lho?! Apa bukti dari ketidak-amanan situasi negeri ini? Jawab dia, silakan baca e-mail yang diforwardnya ke e-mail saya: Dear all, Just FYI. Be careful.... Take care Ny. Laurentia: Waspadai 21 Oktober dan 10 November MASIH ingat ramalan paranormal Ny. Laurentia sekitar sebulan lalu bahwa Bali akan diguncang bom? Sudah terbukti bukan. Kali ini Ny. Laurentia kembali menyampaikan hasil penglihatannya. Dia mengingatkan, masyarakat diminta lebih waspada sampai Desember 2005. Pasalnya, dalam kurun waktu tersebut akan terjadi "sesuatu" di Bali. "Sepertinya akan terjadi sesuatu di Bali. Menurut penglihatan saya, akan terjadi bencana alam, mungkin gunung meletus atau gempa bumi. Sampai detik ini, hasil meditasi saya, sampai Desember 2005 tak ada lagi bom di Bali," ujar Ny. Laurentia dalam suatu wawancara khusus di RM Sari Warta Boga Denpasar, Selasa (11/10) kemarin malam. Kendati bencana alam itu tidak terlalu besar, namun tetap menelan korban jiwa. Karena itu, diharapkan masyarakat tetap meningkatkan kewaspadaan. Dia juga menyebut tanggal 21 Oktober dan 10 November 2005 sebagai tanggal yang rawan. Namun, dia tak bisa spesifik menyebut apa yang akan terjadi pada dua hari tersebut. Agar terhindar dari marabahaya, tokoh supranatural ini mengingatkan antara lain dengan banyak berdoa dan meningkatkan spiritualitas. "Misalnya, lebih sering mengumandangkan mantram Gayatri. Tak hanya umat Hindu, juga umat lain. Itu doa yang universal," tandas Ny. Laurentia. Tingkat spiritualitas Bali secara umum dinilainya sudah merosot. Hal ini antara lain disebabkan leluasanya "kekuatan" dari luar yang menyusup ke Bali. "Saya lihat kita sudah lebih banyak ke materi, uang, uang dan uang. Memang kita perlu uang untuk hidup, tetapi jangan pelit untuk agama. Demikian juga yang berkelebihan, jangan lupa menyumbang untuk orang miskin," imbau perempuan kelahiran 23 Januari ini. Dia menegaskan, imbauan atau peringatan akan terjadi sesuatu di Bali tidak dimaksudkan untuk menyebarkan rasa takut di tengah masyarakat di sini. Dengan peringatan itu justru membuat masyarakat eling, waspada sehingga siap menghadapi segala kemungkinan terburuk dalam hidup ini. Berulang-ulang dia mengingatkan pentingnya peningkatan spiritualitas pada tiap-tiap orang, karena hanya dengan itu manusia dijauhkan dari cobaan. Khusus mengenai bom Jimbaran-Kuta, terutama para pelakunya, Ny. Laurentia sengaja tak mencarinya. Untuk apa, toh semuanya sudah terjadi. Yang penting dia sudah memperingatkan jauh sebelumnya bahwa akan ada bom di Bali. Ternyata kita kecolongan juga. Tak lupa dia mengingatkan agar jangan terlalu mengenang tragedi bom karena hal itu hanya akan membuat kita lemah. (gre) Please also inform family members to be carefull after Lebaran. In a message dated 10/9/05 5:18:44 P.M. Pacific Daylight Time, xxxxxxx wrote: kejadiannya mirip kerusuhan mei 98 tapi dgn cara lain. menurut mereka dlm 6 bln ini akan terjadi, dan kalau situasi nya ngga terkendali, maka tentara akan ambil kendali. Cuma mereka khawatir dan tidak mau kalau SBY turun, yg naik wakilnya. Saat ini tokoh2 politik sedang me lobby Sultan HB X untuk naik, dan lagi dipikirkan oleh ybs. Permintaan ini juga datang dari rektor2 seluruh RI, mereka marah pd SBY, karena mereka minta BBM naiknya ditunda s/d habis lebaran dan naiknya tidak lebih besar dari 50%, tapi permintaan ini ditolak. Untuk issue bom akan terjadi di 12 titik di jakarta, terutama mall sudah dan akan diincar. Kesimpulannya situasi politik disini lagi rawan banget, dan yg tahu ngga banyak. Info ini sangat akurat karena dari orang dlm. saat ini mereka lagi mencegah jangan sampai terjadi kerusuhan. Wah!! Saya jadi bingung. Ternyata calon konsumen produk toko saya gampang terpengaruh oleh "e-mail berantai picisan" seperti di atas. Pantesan penjualan seret. Pendapatan toko merosot. Gaji belum disesuaikan dengan kenaikan harga BBM. Dan, boss-ku mecucu terus. Mbencekno!!! Ngapain sih orang-orang itu menyebar ketakutan-ketakutan seperti itu? Mbok ya sudah, gak usah ngomong macem-macem. Percaya saja sama pemerintah, sama polisi dan tentara. Mari mendukung mereka menciptakan suasana aman tenteram, gemah ripah loh jinawi, surgo nunut neroko katut, jer basuki mowo beo, wong mati ora obah, yen obah medheni bocah. Hehehehe..... ada-ada saja negeri korup ini......

Wednesday, October 19, 2005

Prioritas man.... Prioritas....!!!

Aku ndak punya alasan lain selain "sibuk, suibuk dan suiiiibuk" sehingga ndak sempat nulis apa-apa di blog ini. Sebagian otakku bilang aku sedih karena 1000 hari meninggalnya istriku. Bagian otak yang lain bilang, aku ndak sedih. Wong aku sudah merelakan istriku berpulang menemui Sang Pencipta yang sangat mencintainya kok. Jawaban yang benar itu ya "sibuk, suibuk dan suiiiibuk". Tokoku lagi sepi. Sehingga penjaga toko seperti aku ini harus mondar-mandir kesana-kemari, presentasi jual kecap tentang dagangan di toko ini. Entahlah jawaban mana yang benar. Wong kedua jawaban itu sama-sama halal. Tidak merugikan bangsa dan negara seperti korupsi. Tidak merongrong kewibawaan pemerintahan presiden yang lagi berkuasa dan lain-lain. Pokoknya, aku betul-betul lagi nggak sempat ketak-ketik untuk blog. Banyak kerjaan yang harus aku selesaikan. Banyak undangan buka puasa yang terlalu menggiurkan untuk tidak dihadiri. "Prioritas, man...! Prioritas...!", kata bossku kalau lagi menularkan ketegangannya pada cere-cerenya. Mudah-mudahan kesibukan seperti ini segera berakhir dalam beberapa hari ke depan, supaya jari-jariku bisa sibuk lagi menari di atas keyboard komputer ini. Kalau nggak selesai-selesai kesibukannya, wah, piye. Aku bisa lupa cara ngetik di komputer. Akhirnya, kepada saudara-saudara yang setia mengintip blog ini sejenak, saya menyampaikan: Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan bagi yang menjalankannya. Selamat beribadah dalam setiap hembusan nafas bagi semua. Mari saling mengasihi sesama manusia dan mengasihi sesama mahluk Tuhan. Mari melanjutkan hidup dengan selalu berdoa, mensyukuri segala berkat Tuhan di sepanjang kehidupan ini dan memohon penyertaan Tuhan di setiap langkah kita.

Saturday, October 15, 2005

1000 Hari Wafatnya Sri Budiyanti

Hari ini 1000 hari wafatnya Cici, istriku, ibu dari anakku, perempuan yang penuh kasih pada keluarga dan sesama manusia. Tuhan memanggil dia pulang ke pangkuanNya pada 19 Januari 2003. Sekalipun kehilangan Cici terasa sangat menyakitkan, Tuhan telah menguatkan aku, anakku dan seluruh keluarga yang ditinggalkan. Thanks God. Amin.

Tuesday, October 11, 2005

Heran, Heraan dan Huuuueeeeraaaan

Anda punya teman yang hobbynya nonton siaran berita tentang kriminalitas di televisi, seperti Sergap, Buser atau Bidik? Banyak orang yang gandrung pada program-program seperti itu. Di antara mereka, banyak pula yang gemar membaca koran-koran ‘berdarah’ seperti Pos Kota, Warta Kota atau koran sejenis lainnya. Di sekitar toko, tempat kerja saya, ini pun banyak sekali orang-orang yang setia pada acara-acara dan koran-koran seperti itu. Saya pernah bertanya pada beberapa orang di antaranya, ingin mengidentifikasi penyebab perilaku ini. Sampai sekarang, saya tak pernah berhasil menemukan alasan umum dari kegandrungan mereka pada acara semacam itu. Pertanyaan saya cuma dijawab dengan senyum atau kalimat pendek “asyik aja nontonnya”. Saya tak mendapat jawaban yang memuaskan keingin-tahuan saya. Akibatnya, saya cuma menduga-duga jawabannya saja. Saya menduga, perilaku orang-orang itu timbul karena berita-berita kriminal mengandung unsur human interest yang kental. Materi beritanya menyangkut hidup-mati seseorang. Menyentuh rasa kemanusiaan yang paling mendasar dari audience. Pada umumnya berita-berita seperti itu disajikan dengan obyektivitas yang tinggi dan mudah dicerna. Penonton dan pembaca tak memerlukan pengetahuan khusus untuk memahami serta membahas lebih lanjut materi berita dengan sesama audience lainnya. Saya pernah berusaha membuktikan kebenaran dugaan tersebut dengan memaksakan diri nonton dan membaca berita kriminal seperti itu. Tiap pagi numpang baca Pos Kota sambil ngopi di warteg di depan toko, yang telah bertahun-tahun setia berlangganan koran ini. Siangnya, sambil makan siang, nonton Sergap atau acara sejenis yang kebetulan ada di tv pemilik kantin. Begitu terus berminggu-minggu. Hasilnya? Saya tidak menemukan apa-apa. Saya tidak bisa membuktikan kebenaran dugaan saya. Saya tidak bisa menyimpulkan satu pun penyebab kecanduan nonton berita-berita kriminal. Malahan, saya sendiri jadi ikut-ikutan kecanduan baca dan nonton berita-berita demikian. Asyik aja nontonnya. Sekalipun tertular hobby ini, saya tidak jadi penonton dan pembaca maniak. Saya diuntungkan keadaan. Saya tidak bisa mencuri waktu untuk berlama-lama nonton tv di kantin atau baca koran di warteg. Saya harus bekerja, melayani pelanggan yang datang ke toko milik boss saya ini. Kegemaran baca dan nonton berita kriminal ini tertekan. Hal lain yang saya dapatkan adalah keheranan. Saya sangat heran. Reporter-reporter yang meliput dan melaporkan berita-berita seperti itu tak pernah kehabisan bahan berita. Setiap hari ada saja kriminalitas yang terjadi. Perampokan, pembunuhan, pencurian, pencurian dengan pemberatan, perkosaan, sodomi, penyelundupan, perdagangan narkoba dan kejahatan lainnya terjadi silih berganti di tengah masyarakat di berbagai wilayah negeri ini. Itu cuma sejumlah kriminalitas yang berhasil dilaporkan media kepada publik. Belum termasuk kejahatan yang tidak terliput oleh media massa. Belum termasuk berita tentang copet yang berhasil meloloskan diri. Belum termasuk berita-berita korupsi di instansi-instansi pemerintah, di bank-bank dan instansi swasta lainnya yang terungkap satu demi satu. Wik….wik….wik…. Heran aku. Mosok dalam negara yang seluruh warganegaranya diwajibkan beragama ini terjadi kejahatan-kejahatan yang sedemikian kejinya? Mosok orang-orang Indonesia yang tampak taat beribadah pada Tuhan pun berani berbuat jahat sih? Mosok di negara hukum ini angka kriminalitas sedemikian tingginya? Mosok polisi dan tentara yang tiap hari kelihatan di jalan-jalan itu tidak membuat orang takut berbuat jahat sih? Sebenarnya di negara ini ada hukum atau tidak sih? Sungguh mengherankan dan memprihatinkan. Ironi besar. Eeeee……. Stop. Stop dulu. Saya harus menyudahi tulisan ini. Tanpa sengaja saya telah menemukan penyebab timbulnya kegemaran membaca dan menonton liputan-liputan tentang kriminalitas. Ngglethek! Sepele! Timbulnya cuma karena saya dan orang-orang itu merasa heran, heraan dan huuuueeerrraaannnn……

Friday, October 07, 2005

Dualisme, Tigalisme, Empatlisme dst....

Tahukah Anda? Penulisan manakah yang benar? a. Yogyakarta b. Yogjakarta c. Jogyakarta d. Jogjakarta e. Jokjakarta f. Jokyakarta g. Yokjakarta h. Djogjakarta i. Jogdjakarta j. Djokyakarta Bingung memilihnya? Tak perlu bingung dan tak perlu cari tahu mana tulisan yang benar. Lebih baik mengerjakan pekerjaan lain yang lebih bermanfaat atau meneruskan membaca tulisan ini. Mengapa saya menganjurkan demikian? Karena ragam penulisan ini telah terjadi sejak ratusan tahun silam. Bahkan mungkin, variasi penulisan nama wilayah yang dipimpin oleh para Hamengku Buwono ini terjadi sejak nama ‘Yogyakarta” tercipta dan disebut-sebut orang. Catatan historis yang ada pun tak cukup untuk dijadikan sebagai dasar dalam menguak ‘misteri’ ini. Rasanya tak pernah ada polemik hebat yang timbul berkaitan dengan adanya beberapa varian penulisan nama Kota Gudeg ini. Mungkin, para pemerhati tidak menganggap variasi ini sebagai hal yang layak diperdebatkan atau dibincangkan sekalipun. Mungkin mereka menganggap dari sononya sudah begitu, ngapain dipersoalkan lagi. Kemungkinan besar sih karena mereka merasa tidak perlu mempersoalkannya lagi. Wong, masing-masing varian penulisan ini menunjuk pada wilayah geografis yang sama, yaitu suatu daerah yang meliputi Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Sleman. Dualisme, tigalisme, empatlisme, limalisme bahkan sepuluhlisme penulisan nama wilayah ini pun tampaknya bukanlah suatu masalah bagi pemerintah daerah setempat. Silakan mengunjungi official website pemerintah Jogjakarta dan hitunglah jumlah ragam penulisan Yogjakarta yang ada di situs tersebut. Adanya beberapa ragam penulisan nama Jogyakarta di situs tersebut “seolah-olah” jadi pengakuan bahwa ragam penulisan ini bukanlah masalah bagi otoritas pemerintahan di sana. Bagaimana terjadinya dan pembiaran terhadap terjadinya variasi penulisan nama Jokjakarta ini sebenarnya sangat menarik untuk diulas. Minimal menarik perhatian saya. Karena itu saya jadikan sebagai topik tulisan. Seharusnya, para mahasiswa linguistik pun tertarik dan menjadikannya sebagai bahan kajian atau skripsi. Para mahasiswa ilmu filsafat bisa mengulas korelasi antara pembiaran terhadap terjadinya variasi penulisan nama Yokyakarta dengan falsafah hidup orang Yogjakarta. Cukup menarik kan?! Di sisi komersial, pabrik-pabrik kaos plesetan – bermerk dan bermerk palsu – pun seharusnya menjadikan masing-masing varian penulisan ini sebagai ornamen sablon di kaos dagangan mereka. Lumayan lho. Duit. Kalau desainnya bagus, kaos nya bisa laku Ce-Ban atau No-Ban, cing. Komersialisasi variasi penulisan Jogjakarta tersebut bukanlah bidang kerja saya. Tulisan ini pun bukanlah “proposal pendahuluan proyek penyeragaman penulisan nama Jokyakarta”, seperti yang dipakai orang-orang untuk cari duit melalui proyek peng-indonesia-an nama yang terjadi dalam Orde Baru dulu dan telah menghasilkan banyak sekali nama-nama “wagu tur ora wangon” itu. Tulisan ini hanyalah hadiah sederhana dari saya buat Jogjakarta yang berulang-tahun ke-249 pada 7 Oktober 2005 ini. Mudah-mudahan Sri Sultan Hamengku Buwono dan seluruh masyarakat Yogyakarta selalu jadi spirit bagi terciptanya kemerdekaan dan kebebasan bagi setiap manusia Indonesia, ya merdeka dari rasa takut, ya bebas berpendapat, ya merdeka berbudaya, ya bebas berpartai, ya bebas berkesenian dan - yang paling penting adalah – mudah-mudahan Sri Sultan Hamengku Buwono dan seluruh masyarakat Yogyakarta selalu jadi spirit bagi terciptanya kemerdekaan dan kebebasan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing orang Indonesia. Last but not least ... Selamat Ulang Tahun Djokdjakarta...

Monday, October 03, 2005

Blanggur..... Blanggur...!!!!! Buko... Buko..... !!!!!

Tiga bom meledak lagi di Bali. Dua meledak di Jimbaran dan satu meledak di Kuta. Lagi-lagi korbannya adalah orang-orang tidak berdosa: pengunjung restoran dan pelancong lainnya. Bom-bom itu tak sedikitpun melukai para pembuat keputusan paket kenaikan harga BBM. Tidak melukai preman dan oknum berseragam yang melakukan pungli di Tanjung Priok. Bom itu tidak melukai Presiden Amerika yang bertanggungjawab atas efek samping perburuan Saddam Hussein dan tidak sedikitpun melukai Perdana Menteri Australia yang mendukung perburuan itu. Lalu, apakah message yang disampaikan oleh para pengebom itu?!? Selama tidak ada pernyataan resmi dari pihak yang bertanggung-jawab atas tindakan brutal itu, satu-satunya message yang sampai pada dunia internasional adalah: Berhati-hatilah selama berada di Indonesia. Ada teroris yang berlum tertangkap dan masih berkeliaran di Indonesia. Sudah. Cuma itu message-nya. Kayaknya, justru pihak-pihak yang berkepentingan dengan keamanan di negeri ini lah yang harus pro-aktif menangkap message dari peledakan bom-bom ini. Otoritas keamanan harus menafsirkannya dengan meningkatkan kerja sama dengan rakyat di bidang intelijen demi terciptanya sistem keamanan nasional yang kokoh terpadu. Otoritas pendidikan harus mengajak rakyat meningkatkan intelegensianya dan kapabilitasnya dalam menghadapi tuntutan jaman yang semakin beragam. Otoritas agama harus memperkuat mentalitas rakyat banyak sehingga mereka makin kritis mengkaji ajaran-ajaran yang diterimanya, sehingga mereka tidak mudah disusupi dogma-dogma yang salah, sehingga tidak ada lagi kerusuhan antar agama seperti yang terjadi di Ambon beberapa tahun lalu. Pendek kata, kita semua harus bahu-membahu menciptakan pemahaman yang sama akan perlunya menciptakan keamanan dan kerukunan di Indonesia. Kembali ke soal Bom Bali. Tadi pagi, waktu koran melaporkan bahwa polisi telah menemukan tiga kepala yang terpisah dari tubuh dan serpihan-serpihan tubuh yang diduga sebagai milik pelaku peledakan bom, ingatanku menuju pada anak Pak Kebon SMA ku dulu. Dua orang kakak beradik itu menemukan sekantong petasan yang gagal diledakkan dalam demonstrasi anti penutupan pagar sekolah salah satu SMA di kompleks sekolahku. Rasa ingin tahu yang besar membuat mereka berdua memperebutkan petasan tersebut. Si adik yang tak berdosa pun jadi korban. Ia kehilangan sebagian lengan kanannya gara-gara petasan tersebut tiba-tiba meledak di tangannya. Serpihan jari dan telapak tangan kecilnya terlempar dan menempel pada tembok di gang tempat mereka berebut petasan itu. Aku ingat, Pak Djo, guruku yang sangat galak. Ia jijik dan pergi menghindar saat potongan-potongan tangan mungil itu kutunjukkan kepadanya. Dentum ledakan bom dan petasan itu membuat aku prihatin. Sangat prihatin. Tapi, aku masih bisa tersenyum, mengingat kerinduanku pada dentum suara blanggur yang diledakkan di alun-alun depan masjid agung kotaku dulu. Suara blanggur itu adalah tanda bahwa tak lama lagi teman-teman sepermainanku datang, mengajakku ikut berbuka puasa bersama mereka. Dentum suara blanggur itu menyempurnakan ibadah teman-temanku dan membahagiakanku. Dentum Bom Bali, bom Kuningan dan rangkaian bom lainnya merusak kebahagiaanku dan kebahagiaan banyak orang lain di negeri ini. Turut Belasungkawa atas jatuhnya korban jiwa dalam seluruh tragedi bom yang telah terjadi di negeri ini. Kiranya Tuhan menguatkan keluarga yang ditinggalkan serta menyembuhkan para korban luka-luka dan menguatkan keluarga yang mendampingi para korban…..