Friday, December 15, 2006

Diam Saja atau Memperbaiki Indonesia?!?!

Saat menuliskan judul di atas, saya tersenyum-senyum sambil berbicara dalam hati ke diri saya sendiri, “Sok tahu. Sok Nasionalis. Kemeruh!!!”. Sisi lain dari diri saya menjawab, “Ya biarin aja. Wong judul itu cuma batasan supaya tulisan ini tidak nggladrah kemana-mana, membahas Cina, Belanda atau negara-negara lainnya kok.” Saya hanya ingin fokus, menuangkan kegundahan saya tentang Indonesia melalui tulisan saja kok. Beberapa tahun silam, saya tidak peduli dengan Indonesia. Mau kecebur sumur, mau dijajah Belanda atau dijajah Jepang lagi, mau ketabrak meteor, mau dibubarkan atau merger dengan Brunei Darussalam, saya tidak mau tahu. Negara itu urusannya presiden, wakil presiden, menteri-menteri dan lembaga-lembaga negara lainnya. Yang penting, saya bisa hidup, bisa kerja dengan tenang di Nusantara ini. Titik. Beberapa waktu terakhir, saya jadi kritis terhadap keadaan di sekitar saya. Saya jadi sering kepikiran akan kejadian dan keadaan di sekeliling saya. Saya makin sering protes. Contohnya, ketika melihat oknum POLRI minta uang suap dari tukang parkir, saya protes di blog ini, saya kirim sms ke 1717 (layanan sms POLRI) dan mengungkapkan ketidak-sukaan itu dengan bercerita dalam berbagai kesempatan ngobrol. Contoh lain lagi, begitu terjadi banjir lumpur di Porong, saya kirim sms ke 9949 yang dikatakan sebagai sms hotline Presiden RI. Saya usulkan agar negara segera mengambil alih masalah ini dan berupaya mengatasi akibat semburan lumpur ini. Dari kedua contoh di atas, tampaklah bahwa saya over confidence. Saya terlalu percaya diri. Saya kira pembuat keputusan di tubuh POLRI yang membaca sms saya. Saya kira Pak SBY membaca sms saya. Saya GR. Apalah artinya saya? Apalah arti suara saya? Saya bukan siapa-siapa. Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Rangkaian sms saya dijawab mesin penjawab sms POLRI dan mesin penjawab sms di kantor Presiden RI dengan kalimat “Terima kasih atas partisipasi Anda bla…bla…bla…..” Tidak ada yang berubah karena sms saya. Oknum POLRI yang nakal ya tetap berdiri mencari mangsa di lampu-lampu pengatur lalu lintas. Wilayah genangan lumpur di Porong dan sekitarnya makin luas. Upaya penanganannya tampak responsif, tanpa perhitungan dan perencanaan yang matang. Kedua contoh tersebut hanyalah sebagian kecil dari kritik dan pendapat yang telah saya suarakan. Banyak pendapat tentang berbagai hal lain yang telah saya sampaikan ke berbagai pihak. Ada yang tidak berefek apapun, seperti sms saya ke 1717 dan 9949 di atas. Ada pula yang mendapat tanggapan positif berupa koreksi atas hal yang mengundang protes saya tersebut. Tanggapan positif seperti ini membuat saya makin terdorong untuk menyampaikan kritik atau masukan-masukan positif bagi berbagai pihak, terutama akan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan kepentingan umum. Siapa tahu Indonesia menjadi lebih baik dengan makin banyaknya warga negara yang mau mengkritisi berbagai aspek kehidupan di Indonesia, serta memberikan alternatif jalan keluar dari berbagai masalah yang terjadi di tengah kehidupan bangsa ini.