Tuesday, October 11, 2005

Heran, Heraan dan Huuuueeeeraaaan

Anda punya teman yang hobbynya nonton siaran berita tentang kriminalitas di televisi, seperti Sergap, Buser atau Bidik? Banyak orang yang gandrung pada program-program seperti itu. Di antara mereka, banyak pula yang gemar membaca koran-koran ‘berdarah’ seperti Pos Kota, Warta Kota atau koran sejenis lainnya. Di sekitar toko, tempat kerja saya, ini pun banyak sekali orang-orang yang setia pada acara-acara dan koran-koran seperti itu. Saya pernah bertanya pada beberapa orang di antaranya, ingin mengidentifikasi penyebab perilaku ini. Sampai sekarang, saya tak pernah berhasil menemukan alasan umum dari kegandrungan mereka pada acara semacam itu. Pertanyaan saya cuma dijawab dengan senyum atau kalimat pendek “asyik aja nontonnya”. Saya tak mendapat jawaban yang memuaskan keingin-tahuan saya. Akibatnya, saya cuma menduga-duga jawabannya saja. Saya menduga, perilaku orang-orang itu timbul karena berita-berita kriminal mengandung unsur human interest yang kental. Materi beritanya menyangkut hidup-mati seseorang. Menyentuh rasa kemanusiaan yang paling mendasar dari audience. Pada umumnya berita-berita seperti itu disajikan dengan obyektivitas yang tinggi dan mudah dicerna. Penonton dan pembaca tak memerlukan pengetahuan khusus untuk memahami serta membahas lebih lanjut materi berita dengan sesama audience lainnya. Saya pernah berusaha membuktikan kebenaran dugaan tersebut dengan memaksakan diri nonton dan membaca berita kriminal seperti itu. Tiap pagi numpang baca Pos Kota sambil ngopi di warteg di depan toko, yang telah bertahun-tahun setia berlangganan koran ini. Siangnya, sambil makan siang, nonton Sergap atau acara sejenis yang kebetulan ada di tv pemilik kantin. Begitu terus berminggu-minggu. Hasilnya? Saya tidak menemukan apa-apa. Saya tidak bisa membuktikan kebenaran dugaan saya. Saya tidak bisa menyimpulkan satu pun penyebab kecanduan nonton berita-berita kriminal. Malahan, saya sendiri jadi ikut-ikutan kecanduan baca dan nonton berita-berita demikian. Asyik aja nontonnya. Sekalipun tertular hobby ini, saya tidak jadi penonton dan pembaca maniak. Saya diuntungkan keadaan. Saya tidak bisa mencuri waktu untuk berlama-lama nonton tv di kantin atau baca koran di warteg. Saya harus bekerja, melayani pelanggan yang datang ke toko milik boss saya ini. Kegemaran baca dan nonton berita kriminal ini tertekan. Hal lain yang saya dapatkan adalah keheranan. Saya sangat heran. Reporter-reporter yang meliput dan melaporkan berita-berita seperti itu tak pernah kehabisan bahan berita. Setiap hari ada saja kriminalitas yang terjadi. Perampokan, pembunuhan, pencurian, pencurian dengan pemberatan, perkosaan, sodomi, penyelundupan, perdagangan narkoba dan kejahatan lainnya terjadi silih berganti di tengah masyarakat di berbagai wilayah negeri ini. Itu cuma sejumlah kriminalitas yang berhasil dilaporkan media kepada publik. Belum termasuk kejahatan yang tidak terliput oleh media massa. Belum termasuk berita tentang copet yang berhasil meloloskan diri. Belum termasuk berita-berita korupsi di instansi-instansi pemerintah, di bank-bank dan instansi swasta lainnya yang terungkap satu demi satu. Wik….wik….wik…. Heran aku. Mosok dalam negara yang seluruh warganegaranya diwajibkan beragama ini terjadi kejahatan-kejahatan yang sedemikian kejinya? Mosok orang-orang Indonesia yang tampak taat beribadah pada Tuhan pun berani berbuat jahat sih? Mosok di negara hukum ini angka kriminalitas sedemikian tingginya? Mosok polisi dan tentara yang tiap hari kelihatan di jalan-jalan itu tidak membuat orang takut berbuat jahat sih? Sebenarnya di negara ini ada hukum atau tidak sih? Sungguh mengherankan dan memprihatinkan. Ironi besar. Eeeee……. Stop. Stop dulu. Saya harus menyudahi tulisan ini. Tanpa sengaja saya telah menemukan penyebab timbulnya kegemaran membaca dan menonton liputan-liputan tentang kriminalitas. Ngglethek! Sepele! Timbulnya cuma karena saya dan orang-orang itu merasa heran, heraan dan huuuueeerrraaannnn……

2 Comments:

Blogger mpokb said...

pemilik tipi kan seperti orang jualan juga. maunya untung pak. berita sadis itu laris.. menyedihkan yak? mending dari kita sendiri aja yg sensor, matiin tipi, or ganti ke channel lain. kalo soal hukum, weh, gimana yak.. ternyata adil itu susah..

10/12/2005 12:09:00 PM  
Blogger widhi said...

Wah itu si mpok kata nyang jualan isi tipi, kalo kata mereka ya daripada bengong gak ada yang dilihat mending liat acara...apa gitu terserah, ntah kriminal, daripada mikirin BBM, tul gak? Kacamata mereka jadi lain juga yang sadis jadi keliatan biasa aja...mungkin liat yang sadis itu ungkapan dari rasa nelongsonya kita ndak punya hiburan lain juga.

10/20/2005 12:25:00 PM  

Post a Comment

<< Home