Monday, October 03, 2005

Blanggur..... Blanggur...!!!!! Buko... Buko..... !!!!!

Tiga bom meledak lagi di Bali. Dua meledak di Jimbaran dan satu meledak di Kuta. Lagi-lagi korbannya adalah orang-orang tidak berdosa: pengunjung restoran dan pelancong lainnya. Bom-bom itu tak sedikitpun melukai para pembuat keputusan paket kenaikan harga BBM. Tidak melukai preman dan oknum berseragam yang melakukan pungli di Tanjung Priok. Bom itu tidak melukai Presiden Amerika yang bertanggungjawab atas efek samping perburuan Saddam Hussein dan tidak sedikitpun melukai Perdana Menteri Australia yang mendukung perburuan itu. Lalu, apakah message yang disampaikan oleh para pengebom itu?!? Selama tidak ada pernyataan resmi dari pihak yang bertanggung-jawab atas tindakan brutal itu, satu-satunya message yang sampai pada dunia internasional adalah: Berhati-hatilah selama berada di Indonesia. Ada teroris yang berlum tertangkap dan masih berkeliaran di Indonesia. Sudah. Cuma itu message-nya. Kayaknya, justru pihak-pihak yang berkepentingan dengan keamanan di negeri ini lah yang harus pro-aktif menangkap message dari peledakan bom-bom ini. Otoritas keamanan harus menafsirkannya dengan meningkatkan kerja sama dengan rakyat di bidang intelijen demi terciptanya sistem keamanan nasional yang kokoh terpadu. Otoritas pendidikan harus mengajak rakyat meningkatkan intelegensianya dan kapabilitasnya dalam menghadapi tuntutan jaman yang semakin beragam. Otoritas agama harus memperkuat mentalitas rakyat banyak sehingga mereka makin kritis mengkaji ajaran-ajaran yang diterimanya, sehingga mereka tidak mudah disusupi dogma-dogma yang salah, sehingga tidak ada lagi kerusuhan antar agama seperti yang terjadi di Ambon beberapa tahun lalu. Pendek kata, kita semua harus bahu-membahu menciptakan pemahaman yang sama akan perlunya menciptakan keamanan dan kerukunan di Indonesia. Kembali ke soal Bom Bali. Tadi pagi, waktu koran melaporkan bahwa polisi telah menemukan tiga kepala yang terpisah dari tubuh dan serpihan-serpihan tubuh yang diduga sebagai milik pelaku peledakan bom, ingatanku menuju pada anak Pak Kebon SMA ku dulu. Dua orang kakak beradik itu menemukan sekantong petasan yang gagal diledakkan dalam demonstrasi anti penutupan pagar sekolah salah satu SMA di kompleks sekolahku. Rasa ingin tahu yang besar membuat mereka berdua memperebutkan petasan tersebut. Si adik yang tak berdosa pun jadi korban. Ia kehilangan sebagian lengan kanannya gara-gara petasan tersebut tiba-tiba meledak di tangannya. Serpihan jari dan telapak tangan kecilnya terlempar dan menempel pada tembok di gang tempat mereka berebut petasan itu. Aku ingat, Pak Djo, guruku yang sangat galak. Ia jijik dan pergi menghindar saat potongan-potongan tangan mungil itu kutunjukkan kepadanya. Dentum ledakan bom dan petasan itu membuat aku prihatin. Sangat prihatin. Tapi, aku masih bisa tersenyum, mengingat kerinduanku pada dentum suara blanggur yang diledakkan di alun-alun depan masjid agung kotaku dulu. Suara blanggur itu adalah tanda bahwa tak lama lagi teman-teman sepermainanku datang, mengajakku ikut berbuka puasa bersama mereka. Dentum suara blanggur itu menyempurnakan ibadah teman-temanku dan membahagiakanku. Dentum Bom Bali, bom Kuningan dan rangkaian bom lainnya merusak kebahagiaanku dan kebahagiaan banyak orang lain di negeri ini. Turut Belasungkawa atas jatuhnya korban jiwa dalam seluruh tragedi bom yang telah terjadi di negeri ini. Kiranya Tuhan menguatkan keluarga yang ditinggalkan serta menyembuhkan para korban luka-luka dan menguatkan keluarga yang mendampingi para korban…..

1 Comments:

Blogger mpokb said...

turut berduka cita.. kok ya masih terjadi lagi yg seperti ini yak.. :(

10/04/2005 12:45:00 PM  

Post a Comment

<< Home