Wednesday, May 03, 2006

“Ngempet” / “Ngampet”

Ngempet adalah salah satu kata bahasa Jawa yang tak dapat langsung diterjemahankan dengan satu kata dalam bahasa Indonesia. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia, kurang lebih, adalah “upaya menekan dorongan ..... supaya tidak jadi ... “. Jadi, terjemahan bahasa Indonesia dari kalimat bahasa Jawa “ngempet ngguyu” adalah “upaya menekan dorongan tertawa supaya tidak jadi tertawa”. Demikian halnya dengan “ngempet glegek-en”. Terjemahan kalimat itu dalam bahasa Indonesia adalah “upaya menekan dorongan bertahak supaya tidak jadi bertahak”. Demikian pula dengan “ngampet ngentut”. Artinya “upaya menekan dorongan kentut supaya tidak jadi kentut”. Kenapa kita perlu “ngampet kentut”? Karena kita bertenggang-rasa dengan orang-orang lain di sekitar kita. Kita tak ingin orang lain terganggu dengan bau kentut kita, sama seperti kita sendiri yang tak ingin terganggu dengan bau kentut mereka. Seseorang memandang perlu “ngempet” melakukan sesuatu untuk menghindari akibat-akibat negatif yang mungkin timbul. Anda perlu “ngampet” makan supaya tidak kekenyangan. Saat berada dalam bis antar kota antar propinsi yang tidak “full toilet”, Anda perlu “ngempet” pipis supaya tidak dituduh gila, supaya tidak dituduh melecehkan penumpang lainnya dan supaya bau toilet tidak menempel pada badan Anda di sepanjang perjalanan. Pendek kata, seseorang perlu mengembangkan kemampuan “ngampet” untuk menciptakan kenyamanan hidupnya sendiri dan menciptakan hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Coba bayangkan, seandainya Anda tidak punya kemampuan “ngempet”. Dimanapun merasakan dorongan meludah, Anda meludah. Dimanapun ingin membuang sisa makanan, Anda membuangnya. Dimanapun ada dorongan buang air kecil, Anda buang air kecil. Dimanapun terdorong buang air besar, Anda mencopot pakaian dan melaksanakan hajat besar itu. Kapanpun ingin menikmati dentuman bass dari sound system di rumah, Anda memutar volume cd player dengan kencang. Dimanapun ingin memacu laju kecepatan kendaraan, Anda langsung menginjak pedal gas dengan penuh, padahal lalu lintas sedang padat. Bayangkan..... Anda tentu akan berhasil menciptakan kota Jakarta ke-dua di Indonesia ini....