Friday, November 25, 2005

Netiquette alias Etika Berinternet

Setelah kirim tulisan dalam bahasa Inggris etika berinternet kemarin, ada permintaan menterjemahkan tulisan tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Terus terang, mengingat terbatasnya kemampuanku berbahasa Inggris, mengingat kesibukan melayani pembeli di toko dan kesibukan menawarkan barang kesana- kemari di tengah lesunya pasar untuk produk toko ini, aku butuh waktu yang panjang untuk menterjemahkan tulisan itu ke bahasa Indonesia. Jadi, aku memutuskan tidak menuruti permintaan itu. (Sorry yo Lung. Aku gak iso nerjemahno tulisan itu. Angel dan suibuuuuukkkkk poll.....) Aku cuma membaca tulisan itu sekilas. Setelah mencoba menafsirkan maksud dari tulisan itu di bathinku, lalu aku memuatkannya di blog ini, dengan tetap nge-link ke situs yang memuat tulisan ini. Jujur saja, kemampuanku berbahasa Inggis sangat terbatas, baik lisan maupun tulisan. Modalku cuma “muka tembok yang cukup tebal" untuk menahan malu yang menyerang saat harus membaca dan berbicara dalam bahasa Inggris. Kalau tidak dalam keadaan terpaksa berbahasa Inggris , mendingan aku berbahasa Indonesia atau berbahasa Jawa saja. Menurut aku, benang merah dari tulisan tentang etika berinternet tersebut adalah bahwa internet hanyalah sebuah media yang memudahkan interaksi antar manusia untuk mewujudkan suatu kehidupan yang lebih baik. Dalam berinteraksi melalui media ini, kita harus tetap memperhatikan etika dan rangkaian nilai-nilai pergaulan yang ada. Sama halnya dengan interaksi kita dengan orang lain di dalam kehidupan sehari-hari. Kuncinya adalah kita tetap perlu bertenggang rasa. Seperti kata bijak yang berkembang di masyarakat: Kalau nggak mau dicubit, ya jangan mencubit. Kalau nggak mau dimaki, ya jangan memaki. Kalau nggak mau menuai masalah, ya jangan menebar masalah. Kalau nggak mau dibilang sok tahu, ya jangan sok tahu. Dan seterusnya……… (Pendapat ente tepat, Mpokb….. pada dasarnya etika berinternet itu sama dengan etika yang selalu kita jadikan pegangan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari) Sederhana kan?!?

Wednesday, November 16, 2005

THE CORE RULES OF NETIQUETTE

Monday, November 14, 2005

Saya Masih Ingin Berlibur

Selama liburan wajib Lebaran dari tanggal 2 sampai dengan 8 November 2005 lalu, saya menemui darah daging saya di Malang, Jawa Timur, kampung halaman saya, meeting point antara ayah saya, saya dan adik-adik saya, sekaligus tempat anak saya menuntut ilmu sekarang. Senang dan bahagia bisa melewatkan liburan bersamanya. Banyak yang kami lakukan. Ngobrol tentang sekolahnya, bercanda, jalan-jalan keliling kota, cekakakan bareng nonton ulah Aming dan Tora di televisi serta berlomba bersama, berusaha mengalahkan perally-perally handal di Collin McRae, salah satu games di Playstation. Saya menikmati kebersamaan ini. Thanks God. Selain bertemu ayah, adik dan anak saya, saya pun sempat mengunjungi dan bertemu beberapa teman kecil saya. Orang-orang dari masa lalu ini baru dapat ditemui kalau saya berlibur di Malang. Kadang, satu dua orang di antara mereka menyempatkan diri menghubungi dan menemui saya bila sedang berada di Jakarta. Saya banyak terhibur dengan keberadaan sahabat-sahabat dari masa lalu ini. Kehangatan hubungan dalam persahabatan seperti ini patut dipertahankan. Kebahagiaan dan kenikmatan yang saya dapatkan dari kesempatan berlibur seperti ini susah ditinggalkan begitu saja, sekalipun tugas pekerjaan telah menanti di tempat kerja. Contohnya, hari ini adalah hari ke-empat bagi saya berada di toko ini kembali untuk menjajakan barang dagangan yang ada. Sekalipun sudah hampir seminggu bekerja, saya belum bisa menyesuaikan diri dengan suasana kerja kembali. Saya belum bisa merubah mood berlibur ini menjadi mood bekerja. Secara fisik, memang saya berada di Jakarta. Namun, perasaan saya masih berlibur di Malang. Mental saya belum siap disibukkan dengan pekerjaan kembali. Maunya masih santai-santai aja. Apalagi setelah kontak telepon dengan beberapa klien dan mendapatkan jawaban bahwa hari ini adalah hari kerja mereka yang pertama setelah liburan wajib Lebaran plus cuti tambahan. Naga-naganya, klien-klien tersebut baru siap bekerja kembali pada Senin depan. Hal ini membuat saya makin ingin melanjutkan liburan sampai hari Minggu nanti dan baru masuk kerja pada Senin, 21 November 2005 mendatang. Seandainya saya pemilik toko ini, saya akan putuskan bahwa minggu ini adalah minggu silaturahmi. Minggu ini adalah minggu untuk saling bermaaf-maafan dengan rekan kerja, relasi dan klien. Kalau perlu dengan mengunjungi relasi dan klien di rumah atau di kantornya masing-masing, dengan catatan apabila relasi dan klien tersebut tidak keberatan menerima kunjungan saya dan teman-teman. Itu cuma pengandaian. Saya tidak berani menuangkannya jadi satu usulan kegiatan kerja minggu ini. Tampaknya, boss saya pun masih ingin berlibur. Wajahnya tampak tegang, ngumpul seperti lapangan pingpong, tidak tampak cerah seperti orang yang puas berlibur, berkumpul dengan keluarga dalam waktu yang sedemikian panjang.