Wednesday, September 14, 2005

Sedikit Catatan tentang Mbah Kung

Keterlaluan. Aku benar-benar tak tahu pasti usia Mbah Kung. Padahal telah bertahun-tahun ia tinggal di rumah ini bersama Ayah, Ibu, aku dan adik-adikku. Seingatku tak sekalipun ia pernah menyebutkan usianya. Yang jelas, ia punya banyak cerita tentang masa pendudukan Belanda, Jepang dan Inggris di Surabaya. Tampaknya, di tahun-tahun awal kemerdekaan negara ini dia sudah dewasa. Aku ingat. Ia pernah bercerita, "Aku mulai ngelirik Mbah Putrimu awal tahun 28an gitu le. Waktu itu Mbah Putrimu masih malu-malu kucing. Setahun kemudian tak tembung langsung ke Mbah Buyutmu. E, diwenehke. Yo wis. Langsung kawin." Katakanlah si Mbah menikah umur 20 tahun di tahun 1928. Berarti sekarang usianya 97 tahun. Wow! Kakekku sudah berusia hampir satu abad. Kalau memang sudah sedemikian sepuh, berbahagialah ia. Fisiknya prima. Ingatannya pun masih sangat tajam. Ia ingat betul detil-detil peristiwa di keluarga besar kami yang terjadi bertahun-tahun silam. Ia ingat setiap hal yang membanggakan baginya maupun hal-hal yang melukai perasaannya. Saat ingatannya tertuju pada bagian-bagian yang tabu dibicarakan, tampaklah kesedihan di wajahnya. Kalau mimiknya berubah seperti ini, aku sering menggodanya dengan memintanya bercerita tentang pergaulan dengan para perempuan di masa mudanya dulu. Pasti dia segera terhibur. Tersipu malu seperti aku di masa remajaku dulu. Ah… Mbah Kung, tak perlu bersedih. Mbah terlalu tua untuk bersedih. Nikmati saja sisa hidup ini di tengah suara kicau burung dan “kriet... kriet...” gesekan batang bambu dalam rumpun bambu di belakang rumah. Mudah-mudahan Mbah sehat-sehat selalu

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

lha mbah putri karo mbah kakung ku wes mangkat kabeh tapi aku yo ra ngerti umur'e...

9/15/2005 03:58:00 PM  

Post a Comment

<< Home