Friday, September 30, 2005

Orang-orang Aneh

Sumpah. Aku tak bermaksud “mendewa-ndewakan” seseorang melalui tulisan ini. (jowo banget yo). Aku cuma mau ngrasani uniknya perilaku orang-orang ini. Aku kagum pada perilaku itu dan ingin ngrasani mereka saja. Kalau ada kesan sinis yang timbul, yo maaf. Itu hanyalah efek samping dari sebuah pemberitaan. Percayalah. Kekagumanku tak layak dinodai dengan sinisme kok. Pada tahun 1980an, di Gremet Lor, Manahan, Solo, tinggallah seorang lelaki tua yang kupanggil Eyang Kis. Ia sangat mencintai aksara Jawa. Ia hampir tak pernah menulis dengan huruf latin. Catatan-catatan tentang berbagai hal selalu ditulisnya dengan aksara Jawa. Aku sempat bertanya kepadanya tentang hal ini. Dengan bangga ia menjawab: “Supaya aku tidak menyembunyikan catatan rahasia itu dari Eyang Kis Putri. Biar tak umbar saja di atas meja kerja. Toh, orang-orang seisi rumah ini tak ada yang mampu membaca tulisanku.” Eyang Kis tekun menabung di celengan tanah liat. Ketekunannya menabung mengundang heran. Ia punya 4 celengan untuk masing-masing kendaraannya, 3 scooter dan 1 mobil. Untuk setiap kilometer perjalanan dengan scooternya, ia mewajibkan diri untuk menabung Rp 100. Ia pun menabung Rp 250 untuk setiap kilometer perjalanan dengan mobilnya. Jadi, untuk jarak sepuluh kilometer dengan scooter, ia memasukkan Rp. 1000,- ke celengan untuk scooter. Atau menabung Rp 2500 ke celengan untuk mobil, bila ia bepergian dengan mobilnya. “Aku mulai menabung seperti ini saat masih punya sepeda. Celengan penuh, tak pecah, jadi scooter satu. Beli celengan lagi, penuh lagi, tak pecah lagi, jadi scooter lagi. Yo sampek jadi kijang ini”, katanya dengan bangga. Eyang Kis memang bokis... :) Orang aneh yang lain adalah Pakdenya Budi, teman sekolahku. Aku hanya menyapanya dengan ‘Pakde’. Tak pernah menanyakan namanya. Pakde selalu berbusana dengan warna putih. Pakaian dalam, hem, celana pendek, celana panjang, sapu tangan, kaos kaki, serta sepatu yang dikenakannya berwarna putih.. Ia tak pernah tampil dengan warna lain. Konon, ia punya jawaban standar yang sengak atas pertanyaan mengapa ia selalu memilih warna putih: “Sak karepku to. Wong kabeh iki anggo-anggoku dewe”. Ia lupa bahwa penampilannya yang monoton bisa jadi membosankan bagi orang yang bertemu dengannya setiap hari, sepanjang hidupnya. Kenalanku, Baartje, juga termasuk orang aneh. Lulusan Manajemen Informasi dari salah satu universitas beken di negeri kincir angin itu, tadinya bekerja pada bank terbesar di Belanda. 10 tahun yang lalu ia memilih pulang ke Indonesia dengan alasan tidak bisa kaya di Negeri Belanda, sekalipun ia bekerja keras membanting tulang. Pajak penghasilan yang dibebankan pemerintah pada pekerja sangat tinggi, katanya. Sekarang, kayakah dia di Indonesia? Tidak, kataku. Dia kurang beruntung dan kurang ‘rakus’ untuk jadi orang kaya baru di Indonesia. Dalam dunia blog pun ada orang-orang aneh yang mengagumkan. Mereka serius mengembangkan blognya. Bukan cuma menyediakan waktu dan keseriusan saja untuk updating blognya, mereka pun mengerahkan sejumlah dana untuk mengembangkan blognya. Ada obyek-obyek yang mereka beli, mereka potret kemudian mereka tampilkan di blog. Padahal, mereka harus ngeblog dari warnet. Padahal, ia tidak memperoleh imbalan apapun atas blog-blognya itu. Mereka tidak melayani pemasangan iklan di blog. Kalaupun ada iklan, itu cuma ‘pamrih’nya blog service provider atas layanan gratis ini, serta ungkapan terima kasih sang orang-orang aneh pada layanan ini. Heran aku. Ngapain mereka-mereka mau buang uang buat ngeblog ya? Mungkin mereka ini orang yang bingung kemana membuang uangnya...... Aku selalu bertanya-tanya mengenai keunikan orang-orang ini. Kok iso yo?!?!? Sangat memikat !!! Salut…!!!

0 Comments:

Post a Comment

<< Home