Tuesday, January 17, 2006

Warisan

Sudah beberapa bulan aku tak mencoba ketak-ketik karangan di komputer ataupun corat-coret draft di kertas. Selain waktu dan pikiranku disita oleh kesibukan pekerjaan serta kesibukan pacaran, aku sibuk bermusik. Ya mendengar musik, ya main musik, ya mengamati orang main musik. Sangat menarik. Sekalipun sedemikian besar daya tariknya, aku tidak ingin mengulas musik disini. Aku bukan pengamat musik. Aku bukan kolektor kaset, piringan hitam, cd ataupun buku-buku tentang musik. Aku cuma penggemar musik. Bukan juga penggemar yang fanatik. Aku hanya gemar mendengar musik, gemar memainkan alat musik dan suka mengamati orang bermain musik. Kata musik selalu mengingatkan aku pada ayahku. Beliau lah yang memperkenalkanku pada musik. Ia gemar bersiul. Lagu-lagu yang gemar disiulkannya adalah lagu-lagu rohani dan lagu-lagu jazz standard yang dikuasainya dengan baik. Siulannya yang merdu telah kudengar sejak aku kecil. Tak mustahil suara siulan ayahku dan irama detak jantung ibuku adalah musik pertama yang kudengar dalam hidupku, yaitu sejak aku tumbuh sebagai janin dalam rahim ibuku. Siulan ayahku dan musik dari kaset dan piringan hitam yang diputarnya – mau tak mau – terdengar juga olehku di masa-masa pertumbuhanku. Lambat laun, lagu-lagu yang disiulkan dan didengarkannya membentuk selera musikku. Aku paling suka mendengar musik jazz dan lagu-lagu gerejani. Aku menyebut rasa sukaku itu sebagai warisan karena aku tak punya alasan khusus kenapa jazz yang paling kusuka. Rasa suka itu datang begitu saja. Aku pernah menolak menerima warisan ini. Bentuk penolakan itu adalah aku belajar mendengar dan memainkan jenis-jenis musik yang lain: rock, pop, latin, dangdut, keroncong dan selanjutnya. Hasilnya, aku suka mendengar dan memainkan jenis musik yang lain pula. Tetapi, warisan berupa suka jazz itulah yang paling mendominasi rasa sukaku akan musik. Aku telah menyaksikan show berbagai grup musik dengan berbagai jenis aliran musik yang mereka bawakan. Pernah menikmati nonton dangdut. Pernah nonton dan menikmati gamelan Jawa dan gamelan Bali, termasuk campur sari. Pernah menikmati dan menyaksikan grup-grup rock manggung. Dan, tentu saja, pernah nonton pertunjukan jazz. Di antara itu semua, cuma jazz saja yang dapat membuaiku dalam imajinasi bahwa akulah pemain gitar di kelompok yang sedang manggung. Di panggung jazz yang lain, aku berimajinasi sebagai bassist. Aku berimajinasi sebagai singer, sebagai saxophonist, sebagai gitaris atau sebagai keyboardist di panggung-panggung yang lain. Gila ! Aku tak punya sedikitpun alasan dan tak dapat menemukan penyebab pasti yang mampu menerangkan mengapa aku suka jazz. Yang jelas, aku tidak meniru ayahku. Aku rasa, satu-satunya kata yang tepat adalah: warisan. Ya, inilah warisan yang telah kuterima dari ayahku. (Thanks, Pa....!!!)

2 Comments:

Blogger mpokb said...

baru denger istilah kesibukan pacaran. sambil main gitar terus merayu di bawah jendela, gitu kali yak? :D

1/18/2006 01:45:00 PM  
Anonymous Anonymous said...

newslagu rohani

8/13/2007 09:26:00 AM  

Post a Comment

<< Home