Thursday, March 02, 2006

Percum tak Bergun

Pernah dengar atau mengucapkan ungkapan yang jadi judul tulisan ini? Di kalangan orang yang biasa menggunakannya, ungkapan itu biasanya terlontar bila seseorang memandang satu hal sebagai sesuatu yang sia-sia. Ungkapan ini timbul di pikiran jail dan keluar dari bibir tebal saya sesaat setelah membaca mBelgedes nya Pak Suka Hardjana, yang tak kunjung terbaca setelah berhari-hari tampil di edisi cetak dan media online di internet. Kenapa Percum tak Bergun? Ya, karena di tulisan itu Pak Suka hanya menjadikan kebobrokan yang tengah terjadi di tengah bangsa dan negara Indonesia ini sebagai ilustrasi dari penjelasannya tentang makna kata “mBelgedes” dan “mBel” saja. Padahal, masing-masing kebobrokan yang dituliskan Pak Suka di tulisan itu cukup berbobot untuk diangkat sebagai suatu topik diskusi dalam acara-acara talk show yang ditayangkan oleh berbagai stasiun televisi di Indonesia maupun di seminar-seminar tingkat nasional dan dicarikan jurus jitu untuk merubahnya. Tapi, Pak Suka memang benar sih. Kebobrokan-kebobrokan itu hanya cocok untuk dijadikan ilustrasi tulisan saja. Tak perlu diulas lagi. Tak perlu dirubah. Biarin aja. Tak perlu berusaha merubah. Buang-buang energi. Percuma. Karena sudah mendarah daging di tengah masyarakat Indonesia. Buanyak sekali orang yang melakukannya. Di segala lapisan masyarakat. Mungkin, mereka ikut bobrok karena mereka berpendapat “Jaman e jaman edan. Sing ora melu edan ora keduman”, “jamannya adalah jaman gila, yang tidak ikut gila, tak akan dapat bagian”. Yang penting dan harus kita ingat adalah: kita-kita yang berani memutuskan tidak ikut gila, tidak ikut-ikutan bikin kebobrokan yang jadi ilustrasi tulisan Pak Suka itu. Jangan pula bikin kebobrokan baru dengan memanfaatkan celah-celah hukum, celah-celah peraturan dan lemahnya penegakan hukum di Indonesia. Ada baiknya kita mengingat “2 semboyan utama” mendiang Eyang Kakung saya. Pertama, Gusti Allah ora sare, yang berarti Tuhan tidak tidur. Dan, kedua, becik ketitik, ala ketara. Artinya -kurang lebih- adalah: Kebaikan tak akan tersembunyi, kejelekan akan tampak dengan jelas.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home